tirto.id - Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menyatakan kondisi pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, Philip Mehrtens, baik.
"Kondisi pilot baik dan sehat," kata dia kepada Tirto, Senin, 13 Maret 2023. Ketika ditanya apakah personel TNI dan Polri mulai memojokkan posisi kelompok Egianus Kogoya –kelompok penyandera pilot–, Sebby membantah hal tersebut.
"Tidak ada memojokkan Egianus. Dia dan pasukannya tetap eksis," aku Sebby. Hingga hari ini, TPNPB telah menyandera Philip selama 34 hari. Kemudian, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menanggapi perihal tawaran bantuan dari Selandia Baru untuk penyelamatan si pilot.
Bantuan itu agar Philip tak celaka. Lantas Yudo mengaku pihaknya masih bisa menangani kasus tersebut. "Dia (pemerintah Selandia Baru) tetap menyerahkan kepada kami, mempercayakan kami. Dia menawarkan bantuan tapi saya masih mampu menyelesaikan," kata Yudo, 8 Maret. Sang jenderal tidak memungkiri ada beberapa tawaran bantuan.
Ia pun mengaku TNI dan Polri menggelar operasi bersama, meski pencarian memang belum mendapatkan hasil. Pencarian pun dilakukan agar masyarakat sipil tidak menjadi korban, apalagi operasi lebih mengedepankan penyelamatan, bukan operasi militer.
"Kami tidak mau masyarakat jadi korban hanya gara-gara ini. Sehingga harus sabar menyelesaikan ini. Tapi ini bukan operasi militer. Ingat, bukan operasi militer," ujar Yudo.
Sejak 7 Februari Philip belum dibebaskan. Alasan penyanderaan bersifat politis karena TPNPB merasa Selandia Baru adalah salah satu negara yang bertanggung jawab atas banyak kematian orang Papua yang disebabkan oleh aparat keamanan Indonesia.
"Selandia Baru, Amerika, Uni Eropa, Inggris, Australia, mereka mendukung Indonesia jual senjata kepada tentara dan polisi Indonesia untuk bunuh orang asli Papua selama 61 tahun. Maka mereka harus bertanggung jawab, kami harus duduk bicara. Berunding," kata Sebby, kepada Tirto, 22 Februari.
Philip adalah pilot Susi Air jenis Pilatus Porter PC 6/PK-BVY yang hilang kontak di Bandara Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua, pukul 06.17 WIT. Ketika mendarat, pesawat itu dibakar oleh kelompok Egianus Kogoya.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Fahreza Rizky